Cariosan.com - Saat jalan jalan di Kota Bandung di Jawa Barat, bolehlah Sob telusuri sepanjang jalan Asia Afrika, dan kalau nemu sebuah properti atau gedung dengan desain gaya Belanda, coba mampir ke dalamnya. Tapi jangan salah masuk ya, karena bangunan bangunan yang bertengger sepanjang jalan itu ada beberapa yang masih mengusung desain jadul nan antik itu. Coba Sob perhatikan sebuah bangunan yang ada tulisan "Gedung Merdeka". Saat ini bangunan tersebut kondang dengan sebutan "Museum Konferensi Asia Afrika".
Jika Sob ingin menelusuri jejak sejarah masa lalu akan bangunan ini, masuklah dan perhatikan ruangan ruangan yang ada didalamnya. Museum Konferensi Asia Afrika memiliki beberapa bagian yang harus Sob kunjungi, yang pertama adalah ruang pameran tetap yang memamerkan sejumlah koleksi berupa benda-benda tiga dimensi dan foto-foto dokumenter peristiwa Pertemuan Tugu, Konferensi Kolombo, Konferensi Bogor, dan Konferensi Asia Afrika tahun 1955.
Bagian ruang kedua, yaitu sebuah perpustakaan. Perpustakaan ini memiliki sejumlah buku mengenai sejarah, sosial, politik, dan budaya Negara-negara Asia Afrika, dan negara-negara lainnya; dokumen-dokumen mengenai Konferensi Asia Afrika dan konferensi-konferensi lanjutannya; serta majalah dan surat kabar yang bersumber dari sumbangan/hibah dan pembelian.
Dan ruang yang ketiga, adalah ruangan Audio Visual yang dibuat pada 1985. Keberadaan ruang ini diprakarsai oleh Abdullah Kamil. Ruangan ini menjadi sarana untuk penayangan film-film dokumenter mengenai kondisi dunia hingga tahun 1950-an, Konferensi Asia Afrika dan konferensi-konferensi lanjutannya, serta film-film mengenai kondisi sosial, politik, dan budaya dari negara-negara di kedua kawasan tersebut.
Arsitektur Bangunan yang sampai sekarang terlihat tentunya sangat mencirikan hasil kebudayaan jaman Hindia Belanda. Tentunya Sob! Karena bangunan ini dirancang oleh Van Gallen Last dan C.P. Wolff Schoemaker. Keduanya adalah Guru Besar pada Technische Hogeschool (Sekolah Teknik Tinggi), yaitu ITB sekarang, dua arsitektur Belanda yang terkenal pada masa itu, Gedung ini kental sekali dengan nuansa art deco dan gedung megah ini terlihat dari lantainya yang terbuat dari marmer buatan Italia yang mengkilap, ruangan-ruangan tempat minum-minum dan bersantai terbuat dari kayu cikenhout, sedangkan untuk penerangannya dipakai lampu-lampu bias kristal yang tergantung gemerlapan. Gedung ini menempati areal seluas 7.500 m2.
Ruar biasa kan Sob? Nah kelak kalau kebetulan lagi mampir di Bandung bolehlah selain berwisata belanja, wisata alam, sempatkan Sob untuk berwisata properti bersejarah juga ya. Asik untuk diikuti, karena Sob akan tau bagaimana sebuah kota berkembang. Karena properti bersejarah tersebut merupakan bagian dari perkembangan sebuah wilayah atau kota.
Cariosan
Sumber. Propertijabar.com